DESA WISATA HIJAU GIRIKERTO
|DESA WISATA HIJAU GIRIKERTO
solusi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan konservasi sumberdaya hutan
Desa Girikerto yang berada di Kecamatan Sine memiliki kekayaan alam yang tidak ternilai harganya. Desa ini berbatasan dengan satu-satunya kebun teh tua peninggalan Belanda di lereng utara Gunung Lawu yang dibangun sejak 1886. PT Candi Loka sebagai pengelola kebun teh tersebut saat ini masih merawat klon-klon teh langka, selain teh putih, teh hijau dan teh coklat yang menjadi salah satu produk andalan Kabupaten Ngawi. Kegiatan KKN PPM UGM Periode 2014-2015 di Desa Girikerto telah berhasil mendokumentasikan sumber-sumber mata air yang melimpah, flora dan fauna asli serta bentang alam khas lereng utara Gunung Lawu di ketinggian ±1.000 m dpl.
Pada tahun ini mahasiswa KKN PPM UGM masih terus menggali kearifan lokal masyarakat terkait lingkungan, tingkat kebutuhan dan sumber pemenuhan hijauan makanan ternak, konsumsi kayu bakar, dll. Mahasiswa KKN PPM UGM juga menjumpai bahwa sebagian masyarakat masih menganggap hutan sebagai sumber pemenuhan kayu bakar, terutama pada saat musim kemarau. Hal ini dapat mengakibatkan hilangnya plasma nutfah, rusaknya bentang alam, terganggunya sistem tata air, dll. Kebakaran hutan dan bencana tanah longsor pada akhir 2015 merupakan bukti kuat bahwa ekosistem Gunung Lawu mulai tidak seimbang. Penulis berpendapat bahwa perbaikan utama yang harus terus diupayakan adalah peningkatan kesadaran masyarakat bahwa Desa Girikerto dan sekitarnya memiliki kekayaan alam yang sangat besar yang masih dapat dikembangkan guna peningkatan kesejahteraan masyarakat tanpa harus merusak hutan.
Sumber Mata Air
Air Gunung Lawu menjadi berkah luar biasa, khususnya bagi Desa Girikerto dan Kabupaten Ngawi pada umumnya. Sumber Lanang di Kampung Jamus merupakan contoh nyata bahwa mata air dengan debit 80-140 liter/detik tersebut mampu mengairi sawah-sawah di Desa Girikerto sepanjang masa tanpa mengenal musim. Selain itu, mata air tersebut mendukung terwujudnya Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Pengelolaan perkebunan teh yang lestari disertai dengan suksesnya reboisasi hutan-hutan di sekitarnya semakin menguatkan bahwa hutan Gunung Lawu berperan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Tanpa hutan tentu sumber-sumber mata air akan hilang dan masyarakat akan kesulitan melakukan MCK dan mengairi sawah-sawahnya.
Flora Asli Gunung Lawu
Setiap tipe hutan selalu mempunyai jenis asli (indigenous species), yakni flora maupun fauna yang tumbuh secara alami dan berkembangbiak dalam sebaran alaminya tanpa campur tangan manusia. Demikian pula tipe hutan pegunungan. Nurhidayat (2013) menjelaskan bahwa Nilai Indeks Keanekaragaman vegetasi di hutan alam Gunung Lawu tergolong sedang. Vegetasi tumbuh secara mengelompok, baik pada tingkat tiang maupun pohon. Hal ini menjadi bukti telah terjadi pemanenan atau tebang pilih atau illegal logging. Pepohonan didominasi oleh pasang (Lithocarpus sundaicus), pangpung (Macropanax dispermus) dan cale (Ficus punctata). Pasang memiliki riap pertumbuhan terbesar. Sementara itu, Azizah (2016) mengungkapkan jenis-jenis pohon asli di lereng utara Gunung Lawu, antara lain: condonglawe, bulu, jingkat, sarangan, dan cobor. Pemenuhan sumber kayu bakar masyarakat yang terus menerus dari hutan Gunung Lawu akan mengurangi jumlah pepohonan dan sangat dimungkinkan dapat mengancam keberadaan flora asli hutan alam Gunung Lawu. Untuk itu, upaya restorasi, konservasi dan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya hutan bagi keberadaaan sumber mata air, keanekaragaman flora dan fauna asli serta bentang alam khas lereng Lawu sangatlah mendesak dilakukan.
Bentang Alam
Lereng utara Gunung Lawu di ketinggian ±1.000 m dpl. menyajikan bentang alam khas yang tidak dimiliki oleh kota/kabupaten lainnya, baik di dataran rendah maupun pesisir pantai. Desa Girikerto dan sekitarnya kaya akan bentang alam hasil perpaduan antara pemandangan hutan pegunungan dan hamparan kebun teh, puncak Gunung Lawu dan lerengnya yang memanjang disertai hamparan sawah dan beberapa bukit, tebing dan hutan pegunungan, dll. Selain itu, udara sejuk yang dapat dinikmati sepanjang hari adalah nilai plus bagi wilayah ini.
Oleh karena itu, dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat dan konservasi sumberdaya hutan, pembentukan Desa Wisata Hijau Girikerto (DeWiGiri) adalah keniscayaan (wajib). Upaya tersebut seyogyanya dibarengi dengan perbaikan kebijakan lingkungan melalui penyusunan peraturan desa guna perlindungan sumber mata air, bentang alam, flora dan fauna asli serta pembentukan Kelompok Sadar Keanekaragaman Hayati. Sejak tahun 2014 KKN PPM UGM bekerja sama dengan BAPPEDA Ngawi, khususnya Pemerintah Desa Girikerto, telah memulai langkah-langkah strategis yang diperlukan. Pada tahun depan semoga peningkatan pendapatan masyarakat secara berkelanjutan dapat ditempuh melalui penciptaan rumah produksi cinderamata/buah tangan, wahana air dan panjat tebing, pelatihan manajemen homestay dan studi banding, serta online marketing. Di samping itu, penyadaran masyarakat terhadap lingkungan terus diupayakan melalui optimalisasi museum hayati desa, penyuluhan, arisan pohon asli, sekolah hijau, serta kegiatan pendukung lainnya seperti lomba foto bentang alam serta lomba menggambar flora dan fauna asli Gunung Lawu.
Penulis: Atus Syahbudin (sudah dipublikasikan pada Koran Jawa Pos, Selasa, 12 Juli 2016)