Bahaya kafun: alergi serbuk sari (polen) pohon sugi Jepang (花粉症)
|Seringkali kali saya mendengar tentang kafun atau kafunshou dan bahaya yang disebabkannya akibat serbuk sari yang berterbangan saat awal musim semi (atau akhir musim dingin) dan awal musim dingin (atau akhir musim gugur). Nah, kesempatan emas datang di bulan Maret 2011 saat saya mengunjungi hutan pendidikan Universitas Ehime. Waktu itu bertepatan dengan awal musim semi. Jutaan tunas dan kuncup bunga di hutan serasa menyambut dengan semangat baru. “Kini saatnya tumbuh, lepas dari cengkraman musim dingin,” kira-kira begitu ya salah satu ungkapannya.
Tapi hati-hati! Serbuk sari yang berterbangan dapat menyebabkan alergi (kafunshou, 花粉症). Beberapa gejalanya adalah mata gatal-gatal atau perih saat serbuk sari memasuki mata atau hidung mengeluarkan semacam ingus (meler) kalau polen-nya memasuki lubang hidung dan rasanya mengantuk.
Untuk menghindari hal ini biasanya orang Jepang menggunakan masker dan kaca mata ketat. Wah, kasihan ya … mestinya bebas riang gembira sambil menikmati bunga sakura, tapi harus selalu memakai masker 🙂 Bagi yang senang berpergian, apalagi masuk ke dalam hutan, jangan lupa untuk mengibaskan pakaian seperlunya di luar rumah agar serbuk sari yang menempel jatuh dan tidak terbawa ke dalam rumah. Menjemur pakaian di tempat terlindung seperti di dalam rumah juga merupakan tip agar pakaian basah Sahabat tidak dihinggapi serbuk sari (sumber: komunikasi pribadi dengan Prof . Osozawa, 2011).
Sebenarnya kondisi pohon seperti apa sih sehingga kita perluwaspada dari serangan kafun ini? Saya berharap dengan adanya video di atas, Sahabat dapat memahami bagaimana serbuk sari ini bergerak dan menyebar. Gambar di samping kanan ini juga memperlihatkan bagaimana serbuk sari pohon sugi yang telah masak menyebabkan tajuk pohon menjadi kecoklatan. Harus hati-hati lho kalau berdiri di dekatnya 🙂 Selain sugi, beberapa jenis tanaman lagi juga berpotensi menjadi sumber serbuk sari. Hanya saja, memang sugi dan hinoki menjadi jenis primadona bagi bangsa Jepang dalam merehabilitasi hutan. Asli lho! maksudnya kedua spesies pohon tersebut asli Jepang.
Penulis:
Atus Syahbudin, seorang pembelajar yang ingin ‘esok harus lebih baik’, senang berkebun dan berinteraksi 🙂 dengan berbagai komunitas. Semoga Sahabat berkenan silaturohim >