Berat Jepang= makanan + suhu + Y + X + ?
|Saya berangkat ke Jepang pada tanggal 4 Oktober 2008, di hari ke-3 lebaran Idul Fitri 1429 H. Seingat saya, waktu itu dengan berat badan sekitar 60 kg. Hasil akhir dari – bekerja rutin di kampus – turut serta dalam giat sosial kemasyarakatan + hobi makan tempe dan sayur – namun kurang tidur.
Oktober 2008 : 1 bulan sesudah mencoba hidup di Matsuyama, berat badan turun di level terendah selama ini. 57,8 kg. Hasil akhir dari makan seadanya, karena banyak makanan Jepang yang belum cocok di lidah dan tidak tahu harus berbelanja di mana serta cara ngomongnya gimana. Kadang males saja keluar untuk belanja. Suhu terasa semakin dingin (15-21C) dan terus disibukkan dengan kegiatan perkenalan kampus, survival course, melengkapi berkas-berkas persyaratan sebagai penduduk sementara di Matsuyama. Heboh deh. teman Chy, seorang teman di Hiroshima Daigaku turun 3 kg; mas End, di kamar 209, 7 meter di depan kamarku juga turun 3 kg, katanya celananya kendor semua.
November 2008 : bulan ke-2 ini nampaknya grafik mulai membaik. Bahkan melewati ambang batas 60 kg. Ya … tepatnya 61,4 kg. Lumayan, naik hampir 3 kg. Mulai akhir Oktober 2008 saya menemukan tempat beli seafood yang murah. Ada Okumura, tempat berbelanja buah dan sayur termurah, se-Ehime kata orang. Walau pun tetap lebih mahal bila dirupiahkan. Hasil akhirnya = makan 3-4x/hari ikan, buah dan sayur + mulai bisa duduk lama di kursi kampus + tidur teratur 22.30-06.00 waktu Matsuyama + kuliah baru jalan 2 subjek + olahraga teratur bersepeda ke kampus – udara yang tambah dingin (7-18C).
Desember 2008 : suhu rata-rata di kamar menunjukkan 17C hingga 25 Desember, lalu mulai turun 15-16C. Biasanya di luar kamar bisa sepertiganya. Kata orang musim dingin tahun ini tidak begitu dingin dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Januari 2009 : suhu kamar 15 C dan 6C di luar.
Penulis:
Atus Syahbudin, seorang pembelajar yang ingin ‘esok harus lebih baik’; senang berkebun dan berinteraksi 🙂 dengan berbagai komunitas. Semoga Sahabat berkenan silaturohim >