Agama punya Kitab Suci, Prefecture Jepang punya aturan
|Pepatah mengatakan “Di mana bumi dipijak di situlah langit dijunjung”. Di Matsuyama (Jepang) ini, kami hanya pendatang. Semuanya serba baru, Jepang punya: bahasa, makanan, cuaca, dan banyak yang lainnya, termasuk aturan main Jepang.
1. Five menit before. Datang 5 menit sebelum acara dimulai adalah keharusan. Baik itu dalam acara semacam pesta, kerja praktek, janji atau sejenisnya. Lima menit sebelumnya harus sudah ada di tempat. “Bukan 30 menit kemudian baru datang, he he he … Jadi ingat deh 🙂 Mereka begitu menghargai waktu. “Sensei, what about if we have any problem in the way?“, sela seorang teman. Mungkin maksudnya kalau ada halangan di jalan bagaimana ya, semisal ban bocor atau lainnya ? “Please phone“, jawab Sensei singkat. So, kabari orang atau pihak penyelenggara kegiatan. Jangan abaikan saja dan datang terlambat. Itu KEBIASAAN BURUK.
2. Memilah sampah. Mungkin suatu saat bumi kita akan penuh dengan garbage. Tidak ada lagi tempat untuk memarkir motor atau mobil, lapangan untuk bersepakbola atau pekarangan tempat meletakkan tanaman hias. Semuanya telah penuh dengan sampah. Penuh bau dan polusi. Terlambat sudah kita akan menyelesaikan masalah ini. Coba bandingkan ! Jangankan membuang sampah di sembarang tempat, di sini ini membuang sampah di tempat yang benar pun harus di pilah-pilah, dipisah-pisahkan menurut jenisnya. Mana yang sampah organik, plastik, kertas, botol plastik, botol kaleng, dll. Harus pakai plastik tertentu pula untuk membungkusnya. Ada yang merah, kuning, biru, dll. “Wah, pusing deh, buang-buang waktu. Yang pentingkan tidak ada yang tahu gue mau buang sampah”. He he he, kita saja pusing memilah-milahnya di rumah kita sendiri, sampah kita sendiri. Coba bayangkan kalau pemerintah yang melakukannya di TPA dan sampahnya milik kita semua, 1 kampung ! MUMET ! PUSING ! Ayo, kita mulai peduli ….
3. Tertib berlalu lintas. Nylonong, menerabas lampu merah bukanlah kebiasaan yang baik. Sudah ada aturannya. Jadi, mari kita patuhi bersama. Saya perhatikan lalu lintas di sini bergerak secara teratur. Kendaraan mana yang jalan dulu dan mana yang harus berhenti. Siapa mendahulukan siapa juga sudah menjadi pengetahuan umum. Hasilnya, sangat jarang terdengar bunyi klakson, belum pernah pula saya lihat jalannya macet. Semuanya dengan sabar antri menunggu giliran dan tidak nyelonong.
bersambung ………………….
Penulis:
Atus Syahbudin, seorang pembelajar yang ingin ‘esok harus lebih baik’; senang berkebun dan berinteraksi 🙂 dengan berbagai komunitas. Semoga Sahabat berkenan silaturohim >