Atus dan Sakura: saat awal menapak Jepang
|Kawan, dulu kita semua telah berusaha, selalu mencoba untuk sukses, terus berdo’a dan pasrah akan hasilnya. Alloh jualah yang Maha Mengetahui mana yang terbaik untuk kita semua. “nrimo ing pandum“
Sabtu/4 Oktober 2008 adalah hari pertamaku tiba di Jepang. Setelah 8 jam terbang dengan pesawat Jepang, JAL (Japan Airlines), dari Bali, saya bersama beberapa mahasiswa Indonesia lainnya mendarat di Kansai International Airport (Osaka, Jepang). Wow, sebuah bandara di suatu pulau kecil yang sengaja ditimbun untuk itu. “Why,” tanyaku pada sensei di sampingku. “Kalau membangun bandara di daratan Jepang akan banyak merusak ekosistem daratan”. “Kan biayanya besar sekali Sensei,” lanjutku. “Ya, begitulah” jawabnya kemudian.
…. Aku beruntung, perjalanku berikutnya dari Kansai menuju Ehime Prefecture di Pulau Shikoku tepat di siang hari, pukul 14 15. waktu Jepang. Tidak kusia-siakan, kursi 5A di tepi jendela ANA Airlines itu menemaniku selama perjalanan. Menikmati deretan pulau-pulau kecil Jepang di bawah sana. Luar biasa! Pulau-pulau Jepang itu disambung dengan jembatan, bukit-bukit juga dilubang, ditembus dengan terowongan panjang (tunnel). Pulau dibelah dengan jalan raya nampak seperti jalan tol. Di tepi-tepi pulau terlihat rumah-rumah Jepang bertebaran.
Sayang, gambar-gambar indah di Jepang itu tidak dapat diabadikan. Selain larangan penerbangan yang sudah biasa kudengar, ternyata memotret di dalam pesawat ANA juga tidak diperbolehkan (?). Perjalanan di Jepang ini …. hmm ….. sujud syukurku kepada Alloh, perjalanan ini begitu lancar dan nyaman. Doa dari sanak saudara dan handai tolan pun tak kulupakan. Mereka semuanya begitu baik membantu hari-hariku di Indonesia, bersama sama membangun Indonesia tercinta. Di kampus, di ormas, di kampung, di usaha bersama, di pengajian, dan lain sebagainya. ALLOH MENGHENDAKI akan kesempatan emas ini. Kawan, dulu kita semua telah berusaha, selalu mencoba untuk sukses, terus berdo’a dan pasrah akan hasilnya. Alloh jualah yang Maha Mengetahui mana yang terbaik untuk kita semua. “nrimo ing pandum“
Penulis:
Atus Syahbudin, seorang pembelajar yang ingin ‘esok harus lebih baik’; senang berkebun dan berinteraksi 🙂 dengan berbagai komunitas. Semoga Sahabat berkenan silaturohim >