Tertinggal kapal feri di Kure dan Hiroshima
|“Pengalaman adalah guru yang terbaik” 🙂
Hampir saja tadi malam (17/01/09) saya akan menginap di Kota Hiroshima Jepang gara-gara ketinggalan kapal feri jurusan Hiroshima-Matsuyama. Padahal sorenya saya juga sudah ketinggalan feri jurusan Kure-Matsuyama, karena kesorean berangkat dari Mihara. Hari Minggu kemarin, saya berangkat dari Kasaoka pukul 14.36 dan baru tiba di stasiun Fukuyama 15.05. Perjalanan terus berlanjut ke stasiun Mihara antara pukul 15.26-15.43. Fukuyama dan Mihara adalah tempat suteng dimana saya harus berganti kereta untuk menyesuaikan dengan tujuan berikutnya, termasuk Kure, kota pelabuhan yang akan saya tuju. Untuk mencapai Kure dibutuhkan minimal 1,5 jam perjalanan dengan JR (Japan Railway). Sehingga diperkirakan tiba pukul 17.13. Ini belum termasuk waktu menunggu dan berjalan kaki dari stasiun JR ke pelabuhan Kure. Padahal kapal feri terakhir berangkat dari Kure ke Matsuyama pada pukul17.45, sehingga mepet sekali waktu yang tersedia.
Beruntung, waktu itu saya pulang bersama teman yang tinggal di Saijo Hiroshima. Mereka berencana shoping di pusat perbelanjaan Hondori Hiroshima. Setelah saya cek jadual keberangkatan feri, saya langsung sepakat menuju Hiroshima bersama mereka. Ada kapal feri Hiroshima-Matsuyama yang berlayar pada pukul 19.40. Kami pun berangkat dengan JR dari Mihara pukul 15.48 dan tiba di Hiroshima 16.56. Ini adalah kali pertama saya mengunjungi Kota Hiroshima. Tentu sudah pasti saya juga belum pernah menginjak pelabuhan Hiroshima. Setelah menyempatkan diri mengunjungi Hondori, Malioboronya Hiroshima, dan Hard Off, saya bergegas ke Hiroshima Port dengan menggunakan bis Kota; selama 35 menit; 150 yen jauh maupun dekat. Tanpa teman seorang pun. Setelah bertanya pada petugas loket dengan bahasa Jepang yang pas-pasan, saya menangkap 2 kata kunci “yon ban”. Kira-kira ya … bahwa feri Hiroshima-Matsuyama akan bersandar di jalur 4 dari 10 jalur yang tersedia. Lima menitan saya mengantri di loket 4 untuk membeli tiket seharga 2800 yen. Lalu duduk nyantai di ruang tunggu sambil menikmati roti dan buah apel dari Kasaoka.
Jam baru saja melewati angka 19.16, penumpang di sekeliling saya mulai berkurang. Saya pun mulai curiga dan waspada, sambil berharap ada pengumuman lagi dari petugas pelabuhan. 19.23 … akhirnya saya berdiri untuk menghilangkan rasa cemas; dan keluar mencari jalur 4 seperti yang saya pahami dari petugas tadi. Di luar udara dingin dan hujan gerimis. Setelah belok kanan, saya melihat papan penunjuk arah jalur 4 dan tidak ada kapal satu pun di situ. Di sebelahnya, di jalur 5, ada kapal feri yang sedang menaikkan kendaraan. Jelas tertulis di papan petunjuk arahnya tidak ada tulisan “Matsuyama”, baik dalam huruf roman maupun kanji. “Wah, mungkin kapalnya terlambat,” pikir saya. Saya pun kembali masuk, karena koridor tunggu di luar hanya beratap saja tanpa tembok, tentu dingin sekali bila terus berdiri di sini.
Terkejut sekali rasanya, jam hp saya sudah menunjukkan 19.39 ketika saya selesai dari kamar mandi. Saya segera berlari menuju jalur 4 dan ………………… remang-remang, tetap kosong, diiringi gerimis malam, tanpa kapal di jalur 4. Yang terlihat adalah kapal jalur 5 yang baru saja berangkat. Sekitar 100 meter dari bibir pelabuhan. “Wah, jangan-jangan yang di jalur 5 tadi menuju Matsuyama juga”. Detak jantung pun semakin kencang. Pilihan menginap di Hiroshima atau menghubungi teman di Saijo mulai membayangi pikiran. Lemas sudah …… perjalanan panjang 2 hari dari Matsuyama-Kure-Fukuyama-Kasaoka-Fukuyama-Hiroshima mulai berubah unhappy ending. Padahal masih 1 1/4 jam lagi saya harus bersepeda dari Matsuyama Port ke apartemen. … Bergegas kuhampiri kembali petugas loket yang melayani tiket. Kuceritakan semua kejadian tadi padanya sambil berharap dia dapat memberikan solusi. “superjet, high speed. Go sen go hyaku niju-en”. Nan ji ? “Eight o’clock” 🙂 Wah … sudah bablas kapalnya, tinggal super jet jam 20.00 waktu Jepang.
Penulis:
Atus Syahbudin, seorang pembelajar yang ingin ‘esok harus lebih baik’; senang berkebun dan berinteraksi 🙂 dengan berbagai komunitas. Semoga Sahabat berkenan silaturohim >